Senin, 15 Oktober 2012

Ikan koi jenis Kohaku

Kohaku adalah varietas koi yang mempunyai badan putih dengan bercak merah pada badannya. Kohaku boleh dikatakan paling populer di antara varietas koi. Ini bisa dimaklumi sebab corak warna-nya langsung mengingatkan orang pada bendera ke-bangsaan Jepang. Dan tidaklah berlebihan bila Kohaku dianggap sebagai koi yang “pertama dan terakhir”, karena umumnya pertama kali orang akan memilih  Kohaku,  lalu berpindah-pindah varietas,lantas pada akhirnya kembali lagi pada Kohaku.

Untuk mencapai coraknya yang sekarang, di-butuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan Kohaku. Dari seekor koi berwarna hitam lahirlah koi berpipi merah lewat suatu mutasi, yang lantas ngetop dengan nama “Hookazuki”. Pada tahun 1800, dari “Hookazuki” ini lahirlah seekor koi berwarna putih. Koi berwarna putih ini lantas dikawin-kan dengan Higoi, lahirlah Haraka, yaitu koi putih dengan bercak-bercak merah. Haraka sendiri ber-arti berperut merah (Red belly). Kemudian ber-turut-turut lahirlah Hoo-Aka (berpipi merah), Era-Hi (berinsang merah). Sejak 1830 muncullah koi dengan sebagian kepala berwarna merah (Zukin-kaburi), koi berbibir merah (Kuchibeni), dan Sarasa yang mempunyai punggung berwarna merah dan putih. Pendek kata pada jaman Meiji, Kohaku sudah dikenal luas dan mulai dikembangkan secara khusus.

Warna putih pada Kohaku menjadi pusat perhatian untuk menentukan kualitas Kohaku. Warna putihnya harus bersih seperti warna salju, tidak boleh putih kekuningan, atau putih kecokelatan. Sedangkan untuk warna merah, yang dikehendaki adalah merah pekat tetapi cerah (terang). Warna merah ini ada dua, yaitu yang dasarnya ungu dan cokelat kekuningan. Yang pertama lebih pekat dan tidak mudah luntur, tetapi tidak halus. Sedangkan yang terakhir lebih halus dan tidak mudah luntur, tetapi sulit didapatkan.

Banyak ragam Kohaku. Jenis-jenisnya di antara-nya dibedakan berdasarkan banyaknya bercak merah pada punggungnya. Ada yang dua, tiga atau empat, tetapi ada juga yang hanya satu. Inazuma-Kohaku mempunyai warna merah menyerupai ben-tuk kilat di punggungnya. Gotenzakura adalah Kohaku yang mempunyai bercak merah yang seim-bang pada sisi kiri dan kanan punggungnya. Doitsu-Kohaku Napoleon adalah Kohaku Jerman yang mempunyai warna merah seperti topi Napoleon. Fuji Kohaku adalah Kohaku yang mempunyai gum-palan berwarna perak pada kepalanya. Mereka tam-pak sangat cantik. Namun kecantikannya akan hi-lang ketika umurnya dua tahun. Shiromuji adalah koi yang mempunyai badan berwarna putih biasa, sedangkan keseluruhan badan Akamuji berwarna merah biasa. Akumuji sering disebut sebagai Higoi. Higoi yang warnanya gelap disebut sebagai Benigoi atau Hiaka. Higoi dengan sirip putih akrab dipanggil sebagai Aka-Hajiro. Tancho-Kohaku adalah koi yang keseluruhan badannya berwarna putih dengan bercak merah pada bagian kepalanya.

Ikan koi jenis Taisho Sanke

Taisho-Sanke adalah koi yang badannya berwarna putih dan-dihiasi dengan warna merah dan hitam. Pola dasarnya merah pada bagian kepalanya, dan garis lebar hitam pada bagian dadanya. Taisho-Sanke termasuk varietas yang terkenal, seperti hal-nya Kohaku.

Tidak jelas sejak kapan koi dengan tiga warna ini muncul. Namun sejak pertengahan jaman Meiji, koi dengan tiga warna sudah ditemukan. Pada awal-nya, yang ada baru koi dengan tiga warna yang se-cara penuh menghiasi sekujur badan koi. Atas jasa Eizaburo Hoshino dari Takezawa, kini telah dapat menikmati koi yang berbadan putih dengan hiasan warna hitam dan merah pada sekujur badannya.

Seperti Kohaku, putihnya Taisho-Sanke harus seputih salju. Warna merah harus seragam dan pekat. Yang bertepi terang lebih penting. Taisho-Sanke di-sebut bagus Jika di kepalanya tidak terdapat warna hitam. Koi yang punggungnya terdapat warna hitam lebar akan lebih bagus dan tampak sangat indah. Tsubo-Sumi adalah koi yang mempunyai badan putih dengan bercak hitam, sedangkan Kasane-Sumi adalah koi yang pada warna hitamnya terdapat di atas bercak merah. Yang paling ideal adalah sirip yang juga mempunyai tiga pola warna.

Aka-Sanke adalah Taisho-Sanke yang warna merahnya membentang dari kepala hingga ekor. Koi ini memang sangat mengesankan, tetapi kurang ang-gun. Doitsu-Sanke adalah Taisho-Sanke yang masih merupakan keluarga karper kaca dari Jerman. Aka-Sanke dari karper kaca ini dikenal dengan Doitsu-Aka-Sanke. Fuji-Sanke adalah Taisho-Sanke yang mempunyai gumpalan perak pada kepalanya. Tancho-Sanke adalah koi yang mempunyai warna merah yang lebar pada kepalanya, tapi pada badan-nya tak terdapat warna merah.

Ikan koi jenis Showa-Sanke

Showa-Sanke atau Showa-Sanshoku adalah koi yang berwarna hitam dengan hiasan warna putih dan merah di badannya. Sepintas koi ini mirip dengan Taisho-Sanke. Bedanya terletak pada warna dasarnya. Taisho berdasar putih, sedangkan Showa berdasar hitam.

Pada tahun 1927, Jukichi Hoshino mengawin-kan seekor Ki-Utsuri dengan Kohaku dan menghasil-kan Showa-Sanke. Awalnya warna merah yang menghiasi tubuhnya masih bercampur dengan cokelat-kekuningan. Selanjutnya, Tomiji Kobayashi berhasil mengawinkan Yagozaemon-Kohaku dan menghasilkan Showa-Sanke dengan warna merah yang murni. Jenis ini kemudian menjadi yang ter-baik.

Warna merah di daerah kepala hams cukup be-sar, merata dan pekat. Tepinya hams tegas (jelas). Putih hams seperti salju, dan banyaknya sekitar 20% dari seluruh permukaan tubuhnya, terutama pada kepala, punggung, dan ekor. Pola warna hitam hams menyerupai bentuk petir atau gunung. Sirip dada hams berwarna hitam tanpa noda merah.

Boke-Showa adalah Showa-Sanke yang mempu-nyai sisik yang kabur dan terang, tidak cerah seperti sisik umumnya. Hi-Showa adalah Showa yang warna merahnya lebih menonjol menyelimuti punggung-nya dengan hanya sedikit warna putih. Sebaliknya Jika warna putih lebih menonjol maka namanya ada-lah Kindai-Showa (Modern Showa). Nama Kin Showa diberikan bagi Showa yang mempunyai warna mengkilat, yaitu yang merupakan cross breeding antara Showa-Sanke dengan Ogon (gold). Tancho-Showa merupakan predikat bagi Showa yang tidak mempunyai warna merah pada sekujur badannya dan hanya sedikit terdapat pada kepalanya. Showa-Sanke yang merupakan karper kaca Jerman men-dapat julukan Doitsu-Showa.

Showa-Sanke seringkali mirip dengan Taisho-Sanke. Untuk membedakannya dibutuhkan keteliti-an. Ada beberapa pegangan untuk membedakannya, yaitu :
- Showa-Sanke mempunyai bintik hitam (sumi) di kepalanya, sedangkan Taisho-Sanke tidak.
- Warna hitam (sumi) pada Taisho-Sanke hanya memenuhi punggungnya, sedangkan pada Showa-Sanke warna hitam ini terdapat hingga perutnya.
- Sirip dada Taisho-Sanke berwarna putih atau bergaris-garis, tetapi pada Showa-Sanke warna hitam terdapat pada lipatannya. Bagi yang benar-benar profesional, bintik hitam ini pasti-lah akan menjadi perhatian dan kalau perlu di-tanyakan kepada pedagang, karena dari bintik inilah dua ekor koi benar-benar menjadi ber-beda kualitasnya.

Ikan koi jenis Utsurimono

Yang termasuk ke dalam Utsurimono adalah Shiro-Utsuri, Ki-Utsuri, dan Hi-Utsuri. Masing-ma-sing jenis ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

Shiro-Utsuri adalah koi yang mempunyai warna putih berbentuk kerucut pada badannya yang hitam. Pada lipatan sirip dadanya terdapat warna hitam. Shiro-Utsuri sering disebut juga sebagai Shiro-Utsushi. Shiro-Utsuri untuk pertama kalinya dihasilkan oleh Kazuo Minemura dari Mushigame di perkampungan Yamakoshi. Warna putih pada Shiro-Utsuri harus seperti salju, sedang warna hitamnya sebagai pendukung utama seperti halnya pada Showa-Sanke (Showa-Sanshoku).

Ki-Utsuri adalah koi yang mempunyai bentuk kerucut berwarna kuning pada badannya yang hitam. Ki-Utsuri muncul pada awal sejarah koi. Ki-Utsuri sudah ditemukan sejak awal jaman Meiji. Hanya saja waktu itu namanya Kuro-Ki-Han (ber-tanda hitam dari kuning). Barulah pada tahun 1920 Eizaburo Hoshino memberinya nama Ki-Utsuri. Warna hitamnya harus pekat dan bentuk kerucutnya berwarna kuning dengan pangkal sirip dadanya bergaris-garis.

Hi-Utsuri adalah koi yang warna kuningnya me-nyerupai warna merah. Warna hitamnya sangat kon-tras dengan warna merah. Koi ini umumnya sangat memikat banyak orang, karena warnanya mampu menyaingi Kohaku, Showa-Sanke, ataupun Taisho-Sanke. Badan Hi-Utsuri yang bagus tidak boleh ber-noda. Pada sirip dadanya terdapat garis-garis. Jenis-nya adalah Utsuri-Doitsu yaitu Utsurimono yang merupakan keluarga koi Jerman, Kage-Utsuri, Ginshiro, dan Ogon-Utsuri.

Ikan koi jenis Bekko

Bekko masih keluarga Taisho-Sanke. Warna dasarnya merupakan perpaduan putih, merah, dan kuning. Sementara itu -warna hitam menjadi peng-hias di antara warna-warna tersebut. Macam-macam Bekko yang ada misalnya Shiro-Bekko, Aka-Bekko, Ki-Bekko, dan Bekko-Doitsu.

Shiro Bekko adalah Taisho-Sanke yang tidak punya warna merah. Garis hitam menghiasi kulitnya yang putih. Koi ini disebut bagus Jika pada kepala-nya tidak terdapat warna hitam. Seandainya ada, warna hitam tersebut Jangan sampai merusak keseimbangan warna secara keseluruhan. Warna hitam yang lebar pada punggungnya sangat diharap-kan, sedang warna putih pada kepalanya tidak boleh kecokelatan. Pada sirip dada terdapat garis-garis yang cantik, tapi ada beberapa koi yang tidak mem-punyainya.

Aka-Bekko adalah koi yang mempunyai tanda hitam pada permukaan tubuhnya yang merah. Per-bedaannya yang mencolok dibandingkan dengan Aka-Sanke adalah Aka-Bekko tidak memiliki bagian yang berwarna putih asli, sedangkan Aka-Sanke mempunyainya. Aka-Sanke (Red tricolor) boleh di-katakan sebagai Bekko yang mempunyai warna merah, hitam, dan putih (yang biasanya terdapat pada perutnya). Aka-Bekko yang memiliki warna merah pekat sangat diharapkan, tapi umumnya sangat jarang.

Ki-Bekko adalah koi kuning yang mempunyai tanda hitam, sedangkan Bekko-Doitsu adalah Bekko dari koi asal Jerman.

Ikan koi jenis Asagi

Asagi adalah koi yang mempunyai badan berwarna biru atau biru cerah dengan pipi, perut, dan lipatan sirip berwarna merah. Sisik-sisiknya berwarna biru cerah dan membentuk susunan yang tidak bercacat.

Walaupun Asagi cenderung mempunyai kepala yang ada nodanya, tapi sebenarnya yang bersih tak bernoda lebih disukai. Beberapa Asagi tidak punya warna merah pada perutnya. Warna merah ini konon akan menjalar ke punggung dan menutupi warna biru sejalan dengan umur Asagi.

Asagi dengan bintik merah di kepalanya dina-makan Asagi-Menkaburi (Mask Covered). Lipatan sirip dada yang berwarna merah disebut sirip Shusui. Warna merahnya tidak akan tampak pada punggung. Kajo-Asagi (Dark blue Shusui) adalah Asagi yang warna badannya segelap warna badan koi hi-tam. Narumi-Asagi adalah yang mempunyai pola Narumi, yang menjadi ciri khas dari Asagi. Mizu-Asagi adalah koi yang mempunyai warna paling cerah di antara Asagi. Asagi-Sanke adalah koi yang mempunyai warna punggung biru pucat. Kepala dan bagian atas perutnya terdapat tanda merah, dan bagian bawah perutnya putih susu. Inilah Asagi yang benar-benar cantik.

Ikan koi jenis Shusui

Tahun 1910 Yoshigori Akiyama mengawinkan Asagi-Sanke dengan karper kaca dari Jerman, dan menghasilkan Shusui. Shusui adalah koi yang sisik-nya besar-besar dan kulitnya lembut. Punggungnya berwarna biru gelap dan sangat cantik. Ujung hi-dung, pipi, perut, dan lipatan siripnya berwarna merah terbakar.

Hana-Shusui adalah Shusui yang mempunyai tanda merah pada kulitnya yang biru di antara garis sisik di punggung dan perut. Hi-Shusui adalah Shusui yang warna merahnya cukup luas hingga menutup daerah punggung. Shusui yang berwarna kuning dengan daerah punggung berwarna hijau gelap hingga ungu diberi nama Ki-Shusui. Jika punggungnya mendekati kehitaman dan tidak ada- unsur warna hijau atau ungu, maka koi tersebut bernama Ki-Matsuba-Doitsu. Pearl Shusui diberikan untuk Shusui yang mempunyai sisik punggung yang berwarna keperakan.

Ikan koi jenis Koromo

Koromo diberikan bagi keturunan Asagi dengan Kohaku atau peranakan dari Asagi dengan salah satu Sanshoku. Macam-macam Koromo adalah Ai-goromo (Blue-Koromo), Sumi-Goromo (Dark-Koro-mo), Budo-Sanshoku, Koromo-Sanke, Koromo-Showa (Ai-Showa).
Ai-goromo adalah peranakan Asagi dengan Kohaku. Sisiknya yang berwarna merah mempunyai lingkaran tepi biru yang membuatnya tampak cantik.

Sumi-goromo adalah koi yang warna hitamnya seperti yang tampak pada bercak hitam Kohaku. Pada kepalanya juga terdapat warna hitam ini. Koi yang mempunyai sisik ungu berbentuk seperti dom-polan buah anggur diberi nama Budo-Sanshoku. Koi ini benar-benar indah. Koromo-Sanke merupakan peranakan dari perkawinan Ai-goromo dan Taisho-Sanke. Tanda biru keluar pada bercak merah pada Taisho-Sanke. Koromo-Showa (Ai-Showa) adalah peranakan dari Ai-goromo dan Showa-Sanshoku. Tanda biru keluar dari bercak merah pada Showa-Sanshoku.

Ikan koi jenis Kawarimono

Yang termasuk dalam daftar Kawarimono ada-lah Karasugoi (Dark Koi), Kigoi (Yellow Koi), Chagoi (Brown Koi), Midorigoi (Green Koi), dan Matsuba.

Karasugoi mempunyai badan yang lebih gelap dibandingkan Magoi (koi hitam). Kigoi adalah koi yang mempunyai badan berwarna kuning. Beberapa Kigoi mempunyai mata berwarna merah. Chagoi adalah koi yang berwarna cokelat. Khusus koi yang masih keluarga karper Jerman, tumbuhnya lebih cepat, dan umumnya berukuran besar.

Matsubagoi adalah koi yang seluruh sisiknya berwarna cerah. Matsuba yang berwarna merah gelap disebut Aka-Matsuba. Ki-Matsuba untuk yang kuning, dan yang putih disebut Shiro-Matsuba. Kin-Matsuba dan Gin Matsuba merupakan sebutan untuk keturunan Matsuba dan Ogon.

Midorigoi adalah nama yang diberikan untuk koi Jerman yang mempunyai sisik berwarna hijau kekuningan. Ikan ini hasil ternakan Tadao Yoshioka yang mengawinkan jantan Shusui dan Yamabuki-Ogon. Itu terjadi pada tahun 1965.

Ikan koi jenis Ogon

Ogon adalah koi yang mempunyai badan berwarna emas (golden). Ogon merupakan koi yang di-temukan oleh Sawati dan anak laki-lakinya pada tahun 1946. Pada awalnya, mereka menemukan koiyang garis punggungnya berwarna kuning, yang kemudian dipakainya sebagai induk. la memilih koi yang terbaik, dan setelah empat atau lima generasi kemudian, didapatnyalah koi berkepala emas, dan “berkepala perak, serta koi berwarna kuning. Dengan rnengawinkannya bersama betina Shiro-Fuji, akhir-nya koi bersisik emas dihasilkannya.

Ciri-ciri Ogon adalah sebagai berikut:
- Kepalanya selalu berwarna keemasan cerah.
- Sisiknya dihiasi dengan warna keemasan. Koi yang mempunyai sisik lebar pada daerah perut-nya, termasuk jenis yang dicari.
- Sirip dadanya hams berkilauan.
- Bentuknya bagus.
- Warna koi yang bagus tidak berubah menjadi gelap, meskipun suhunya naik.

Nezu-Ogon adalah panggilan untuk koi yang berwarna perak, sedangkan Platinum-Ogon adalah sebutan untuk koi hasil ternakan Tadao Yoshioka (1963) yang merupakan peranakan dari Kigof dan Nezu-Ogon. Sesuai namanya, koi ini mempunyai badan yang berkilauan seperti platinum.

Yamabuki-Ogon adalah sebutan untuk koi yang mempunyai badan berkilauan seperti emas murni. Koi ini merupakan hasil perkawinan Kigoi dan Ogon yang dilakukan Masaoka pada tahun 1957. Orange-Ogon adalah Orange-Hikarimono yang muncul per-tama kali pada tahun 1956.

Koi yang mempunyai kepala yang jernih dan sisiknya berkilauan dan warnanya merah disebut Hi-Ogon. Perkawinan antara Matsuba dengan Ogon menghasilkan Kin-Matsuba. Kin-Matsuba mempunyai sisik timbul yang sangat terang. Kin-Matsuba yang mempunyai sisik seperti platinum dinamakan Gin-Matsuba. Platinum-Doitsu adalah koi Jerman yang mempunyai sisik berkilauan seperti platinum, sedangkan Orange-Doitsu mempunyai badan ber-warna oranye. Mizuhi-Ogon adalah Orange-Ogon yang mempunyai sisik hitam berkilauan pada bagi-an punggungnya.

Ikan koi jenis Hikarimoyo-mono

Hikarimoyo-monp adalah keturunan dari perkawinan Ogon dengan koi lain (kecuali Utsuri), termasuk juga Hariwake. Yang masuk dalam daftar Hikarimoyo-mono adalah Hariwake, Yamabuki-Hariwake, Orange-Hariwake, Hariwake-Matsuba, Hariwake-Doitsu, Kikusui, dan Iain-lain.

Hariwake adalah koi yang mempunyai pola emas dan perak, dengan kepala jernih. Yamabuki-Hariwake adalah koi yang mempunyai pola emas murni dan platinum. Orange-Hariwake mempunyai warna emas-oranye dan platinum, sedangkan yang polanya seperti jarum cemara dinamakan Hariwake-Matsuba, dan yang keturunan koi jerman disebut Hariwake-Doitsu. Kikusui adalah sebutan untuk Yamabuki-Hariwake-Doitsu yang badannya seperti platinum dan mempunyai hiasan cantik pada sisi badannya. Hyakunenzakura adalah sebutan untuk Kikusui yang mempunyai hiasan berkilauan pada punggungnya.

Platinum-Kohaku (Kin-Fuji) adalah keturunan Kohaku dan Ogon. Koi ini mempunyai punggung yang putih berkilauan seperti platinum. Yamatoni-shiki diberikan untuk menyebut Hikarimono dari Taisho-Sanke yang berhasil dikembangkan oleh Seikichi Hoshino pada tahun 1965. Koi ini mempunyai badan yang mirip gumpalan platinum yang tampak indah sepanjang hari.

Hikarimono dari Shusui dinamakan Kinsui yang mempunyai warna merah, tetapi Jika tidak ada merahnya bernama Ginsui. Sho-Chiku-Bai adalah sebutan untuk keturunan Ogon dengan Ai-goromo yang mempunyai pola berbentuk kerucut berwarna biru. Kujaku-Ogon adalah koi yang berhasil diter-nakkan oleh Toshio Hirasawa pada tahun 1960, yang merupakan keturunan dari Goshiki dan Ogon. Yang masih keluarga koi jerman dinamakan Kujaku-Doitsu. Yang terakhir adalah Tora-Ogon yang merupakan keturunan dari Ki-Bekko. Koi emas dengan tanda-tanda hitam pada punggungnya disebut Tora-Ogon.

Ikan koi jenis Kinginrin

Yang dimaksud dengan Kinginrin tidak lain adalah koi yang mempunyai tanda-tanda perak di badannya. Beta-gin untuk sebutan koi yang hanya sebagian besar badannya diselimuti warna perak ini, sedangkan yang keseluruhan. badannya berwarna perak dinamakan Tama-gin atau Platinum Ginrin.
Kinginrin-Kohaku adalah Kohaku yang ada unsur warna peraknya. Jika perak ini terdapat pada warna putihnya dinamakan Ginrin, sedang yang tampak pada warna merah dinamakan Kinrin. Umumnya warna perak ini tampak pada punggung-nya.

Kinginrin-Sanke adalah Sanke yang ada peraknya. Dulu warna perak yang tampak ini tidak di-| sukai, karena akan menyebabkan warna merah dan hitam menjadi pudar. Kini Ginrin-Sanke dengan warna merah dan hitam yang cerah malahan diter-nakkan. Kinginrin-Showa adalah Showa yang mem-punyai unsur warna perak, sedangkan Kinginrin-Bekko adalah Bekko yang mempunyai unsur warna I perak.

Hikarimono-Kinginrin adalah Hikarimono yang mempunyai unsur warna perak yang relatif masih baru. Platinum-Ogon dan Yamabuki-Ogon yang ada unsur peraknya merupakan ikan yang benar-benar menawan.

Ikan koi jenis tancho

Tancho adalah sebutan untuk koi yang pada sekujur badannya tak terdapat warna merah, tetapi pada kepalanya terdapat warna merah. Pada katagori varietas sudah banyak disebutkan macamnya seperti Tancho-Kohaku, Tancho-Sanke, dan Tancho-Showa.

Kamis, 11 Oktober 2012

Memijahkan Dan Melakukan Seleksi Koi

Mengapa Koi baik begitu mahal? Jawabannya karena proses seleksi untuk mendapatkan kualitas koi yang baik sangat panjang dan rumit. Dari ribuan anakan koi yang menetas hanya beberapa yang lolos seleksi dalamm kategori koi yang baik. Koi yang memenuhi aturan-aturan tertentu dalam penjurian. Koi yang memiliki spesifikasi standar koi yang baik sangat jarang di antara ribu tosai (anakan koi). Koi yang masuk dalam pilihan adalah koi yang terbaik. Proses pemijahan koi (Breeding )dimulai dengan memilih indukan koi yang baik, selanjutnya proses pemijahan, dan langkah demi langkah proses seleksi dalam berbagai ukuran ikan koi. Proses seleksi akan menghasilkan ikan koi dengan berbagai kualitas. Koi dengan kualitas terbaik akan menjadi mahal dan menjadi pemenang di koi juara. Koi yang tidak lolos seleksi menjadi koi kualitas show akan menjadi koi kelas kolam (Pond Quality), Ornamental Quality bahkan kelas sayur.

Memilih Indukan Koi

Koi dipilih sebagai induk jika benar-benar berusia yang cukup untuk dipijahkan. Usia koi siap untuk dipijahkan kurang lebih dua tahun. Idealnya Koi betina harus sudah menggendong telur di dalam perutnya selama 6 sampai 9 bulan. Selain itu indukan betina harus memiliki postur tubuh yang bagus, karena indukan betina akan memiliki peran yang paling penting bagi bentuk tubuh anakan koi. Indukan betina juga idealnya memiliki ukuran jumbo, sekitar 75 cm. Indukan jantan harus memiliki kualitas kulit dan warna yang cemerlang. Ukuran indukan koi jantan bisa lebih kecil dari betina. Rasio jantan dan betina adalah 1 betina 2-3 jantan. Jumlah telur koi sekitar 100.000 per kilogram berat tubuhnya. Ketika Koi betina mulai matang telur di dalam rongga tubuh mereka akan tampak mulai membengkak dan mengisi sekitar perut, jika ditekan perlahan akan keluar telur-telurnya. Pada indukan jantan jika ditekan pada perutnya akan keluar cairan berwarna putih.

Proses pemijahan Koi

Koi akan berusaha untuk bertelur jika air dalam kondisi hangat, suhu 20 c. Koi Betina akan berada di rumput yang tenggelam di kolam koi atau tanaman gulma semacam enceng gondok. Jika tidak ada gulma atau rumput yang terendam terendam dalam kolam, maka perlu penambahan media buatan (kakaban) yang terbuat dari beberapa tali rafia atau ijuk. Penambahan media ini akan mendorong koi untuk mengeluarkan telurnya. Biasanya terbaik untuk menambahkan media ini seminggu sebelum Koi bertelur.Koi betina akan mempersiapkan diri untuk bertelur pada media sedangkan koi jantan akan mengikuti dan menutupi koi betina untuk membuahi telur yang dikeluarkan. Koi Betina kadang-kadang akan berhenti dan membersihkan sisi kolam dalam upaya untuk membersihkan kawasan di mana ia bisa meletakkan telurnya. Selama waktu pemijahan diupayakan agar situasi lingkungan tenang dan sebaiknya meninggalkan ikan-ikan selama proses pemijahan.

Selain itu pastikan tidak ada benda-benda berbahaya dan tajam di dalam kolam seperti pot bunga, batu-batuan agar tidak melukai ikan koi pada saat pemijahan. Memberikan perangkat seperti air mancur dan air terjun akan membantu merangsang ikan koi mengeluarkan telur-telurnya. Ikan betina Anda akan berjalan melalui substrat pemijahan, menarik perhatian para ikan jantan , yang akan selalu mengikuti pada jarak yang sedekat mungkin. Setelah beberapa saat, ikan betina akan meletakkan telur ke dalam substrat dan ikan jantan akan membuahinya. Telur harus dibuahi dalam waktu 20 detik dari saat diletakkan pada media, sehingga ikan jantan harus sangat dekat dan siap begitu telur dikeluarkan.Setelah mereka selesai bertelur, betina akan menggantung kepala ke bawah,dan ikan lain akan menjadi kurang bersemangat . Koi harus segera dikeluarkan dari lokasi pemijahan dengan segera karena mereka akan memakan telur-telur yang dikeluarkan.

Masa Inkubasi dan Menetas

Setelah proses pemijahan selesai, indukan dipisahkan dari telur, telur-telur dalam masa inkubasi untuk menunggu menetas. Telur-telur yang sudah dibuahi telur akan menetas dalam 4-5 hari. Burayak koi secara naluriah akan mencari perlindungan dan bersembunyi di setiap penutup yang dapat mereka temukan. Pada masa awal menetas ini burayak koi akan makan dari cadangan makanan yang ada dalam telur selanjutnya Kita bisa memberikan kuning telur rebus untuk sebagai makanan untuk pertama. Selain itu bisa diberikan juga larva udang atau cacing sutera. Cacing sutera merupakan makanan yang bagus dan bernilai tinggi bagi burayak koi.

Setelah satu minggu burayak koi bisa diberikan pellet yang berbentuk pasta atau sebuk-serbuk dari pelet ukuran besar. Selain diberi makanan dengan nutrisi tinggi perlu dilakukan pembersihan kolam dari kotoran, burayak koi yang mati dan amoniak dengan cara menganti air sebagian secara rutin. Setelah berusia 3 sampai 4 minggu burayak burayak koi akan tumbuh dengan panjang sekitar 5-10 mm dan mulai memerlukan tempat yang lebih luas. Biasanya burayak pada usia ini akan ditebar pada kolam lumpur (mud pond) atau bak dengan ukuran besar. Mud Pond merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan burayak, karena makanan alami melimpah tersedia pada kolam lumpur.

Culling Koi

Setelah dipelihara di dalam kolam lumpur, bak atau aqurium selama sekitar tiga minggu, Burayak ikan koi mulai proses culling dan seleksi yang pertama, Burayak berukuran jumbo dipisahkan dengan burayak dengan ukuran lebih kecil. Hal ini dimaksudkan supaya burayak berukuran kecil tidak kalah bersaing memperebutkan makanan. Karena koi berkualitas bagus kadang ada yang pertumbuhannya terlalu pesat. Koi Berukuran jumbo biasanya lebih agresif dalam mengkonsumsi makanan. Dengan ukuran burayak koi yang seimbang dalam satu kolam, setiap burayak diharapkan dapat tumbuh secara optimal.

Setelah koi berukuran lebih besar dan mudah untuk diamati warna dan polanya , mulai dilakukan berbagai seleksi yaitu seleksi warna, seleksi bentuk, dan seleksi pola warna. Burayak dengan ukuran 2 sampai 5 cm sudah dilakukan seleksi warna. Burayak Koi yang diprediksikan memiliki warna yang baik akan dipilih sedangkan burayak yang memiliki warna yang kurang baik akan disortir. Hasil sortiran ini dimusnahkan sebagai makanan ikan lain atau ternak atau dipelihara dijadikan sebagai ikan sayur.

Pada usia 45 hari burayak koi sudah mencapai ukuran 7-8 cm dilakukan seleksi pola warna. Pada usia ini pola warna lebih mudah untuk dilihat dan diseleksi. Pada usia 70 hari sampai 90 hari burayak koi sudah mencapai sekitar 10 cm , warna dan pola (pattern) sudah semakin jelas sehingga proses seleksi menjadi lebih mudah lagi. Pada Fase ini dapat diklasifikasikan koi dalam kategori Grade A, Grade B dan seterusnya. Burayak koi dengan kualitas berpotensi menjadi super diberi makanan khusus yang berkualitas tinggi dikombinasikan dengan makanan untuk color enhancher (meningkatkan kualitas warna).

Dari ribuan burayak yang menetas dari telur indukan Koi Berkualitas hanya beberapa puluh saja yang akan memiliki potensi menjadi kelas super sehingga, harga koi dengan kualitas super sangat mahal. Akan tetapi harga yang mahal sebanding dengan keindahan Koi yang mempesona.


Sumber:
http://centralkoi.com/

Selasa, 09 Oktober 2012

Pemijahan Ikan Koi

I. PENDAHULUAN

Koi termasuk ikan hias eksotis yang semakin banyak penggemarnya. Selain dipelihara sebagai hobi, koi juga bisa dijadikan lahan bisnis yang menjanjikan. Tentu saja bagi mereka yang benar-benar serius menekuninya. Selain pesona warna dan lekukannya yang indah, keistimewaan lain dari koi adalah keelokan yang dipertontonkan tatkala menyembul dan melompat ke atas air.




Sungguh sebuah pemandangan yang istimewa bagi yang hobi memeliharanya.
Disisi lain koi sudah menjadi prestise . Salah satu ajang untuk mendongkrak prestise koi adalah lewat kontes. Koi yang berhasil menyabet gelar juara bakal terangkat pamornya sehingga harganya melambung. Si pemilik biasanya tidak rela melepaskan koi kesayangannya meski ditawar dengan harga 4-5 kga koi kali semula.
Tingginya harga koi menjadikan bisnis ikan yang menjadikan bisnis ikan yang menjadi kebanggaan masyarakat Jepang ini tidak pernah surut. Dalam perkembangannya , budidaya koi juga selalu melahirkan strain-strain baru . Bagaimana perkembangan koi di Indonesia?
Pada hakikatnya kondisi alam Indonesia sangat menunjang untuk budidaya koi. Sayangnya, usaha produksi koi masih terbatas. Para pengusaha koi di dalam negeri belum memanfaatkan peluang pasar koi secara optimal. Alasannya, membudidayakan koi membutuhkan lahan dan dana yang tidak sedikit. Padahal di sisi lain, budidaya koi di Indonesia berpeluang menyaingi Jepang. Sebab, budidaya koi di Jepang juga terhambat akibat beberapa persoalan, antara lain: terbatasnya lahan, mahalnya upah tenaga kerja, dan pengaruh empat musim yang menjadi kendala terbesar dalam budidaya koi di Jepang.
Adapun mengenai mutu, kualitas ikan koi sangat ditentukan oleh tipe bentuk badan yang sempurna, warna tubuh yang cemerlang, dan pola warna tubuh yang unik. Keindahannya merupakan perpaduan antara keelokan warna dan bentuk tubuh, disertai perlakuannya secara keseluruhan.

II. TEKNIK PEMIJAHAN IKAN KOI
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika hendak memijahkan ikan koi adalah ketersediaan kolam, persediaan induk koi, penyediaan pakan benih, dan perlakuan seleksi yang ketat.
2.1. Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri.Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempurna.
Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain.
Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m.
Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk lmensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadai.
Bagi yang memiliki uang cukup, dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan.
2.2. Seleksi Induk
Syarat utama induk adalah calon induk sudah matang kelamin dan matang tubuh. Matang kelamin artinya induk jantan sudah menghasilkan sperma dan induk betina sudah menghasilkan telur yang matang. Matang tubuh artinya, secara fisik mereka sudah siap menjadi induk-induk produktif.
Syarat lain fisiknya prima, tidak cacat. Sirip-siripnya lengkap, juga sisiknya. Gerakannya anggun, seimbang , tidak loyo. Umur jantan minimal 2 tahun, betina minimal 3 tahun. Betina lebih besar dibandingkan jantan, perutnya terlihat lebih besar dibandingkan punggung. Jantan sebaliknya, lebih langsing dan perutnya rata jika dilihat dari punggung. Sirip induk jantan siap kawin akan muncul bintik-bintik putih.
Seekor induk betina berpasangan dengan 2 atau 3 induk jantan. Jika seekor betina hanya diberi seekor jantan di kolam pemijahan dan tak disangka jantannya ngadat, gagallah pemijahan. Dengan menyediakan stok jantan lebih dari satu, kegagalan pemijahan bisa dihindari.
Disarankan untuk tidak menggunakan stok induk yang paling bagus, karena keturunannya biasanya jelek. Anak keturunannya belum tentu sebagus induknya. Yang dipijahkan sebaiknya koi biasa saja, tetapi masih memiliki sifat-sifat unggul, seperti warnanya pekat. Pada saat seleksi benih, nantinya bisa dipilh mana yang bagus dan mana yang diafkir.
2.3. Persiapan Kolam
Pertama kali yang harus dipersiapkan untuk pemijahan adalah kolam. Kolam dikeringkan dibawah terik matahari. Pintu pemasukan dipasang saringan untuk mencegah telur yang mungkin hanyut.
Telur koi menempel (adesif) sifatnya. Biasanya koi akan bertelur dibawah tanaman atau bahan apa saja yang bisa dipakai untuk menempelkan telurnya. Oleh karena itu sediakan penempel telur yang memadai agar telur koi bisa selamat.
Penempel telur bisa menggunakan kakaban, yang dipakai untuk memijahkan ikan mas. Kakaban dibuat dari ijuk yang dijepit dengan bilah bambu dan dipaku. Kakaban yang baik terbuat dari ijuk yang panjang dan rata, panjang 120 cm lebar 40 cm. Jumlah kakaban yang diperlukan disesuaikan dengan besar induk betina, biasanya 4-6 buah untuk setiap 1 kg induk betina.
Agar bisa mengapung, kakaban disusun di atas sepotong bambu yang masih utuh. Diataskakaban diberi bilah bambu dan diikat agar kumpulan kakaban tidak tercerai-berai ketika pasangan induk memijah. Sebelum dipasang, kakaban dibersihkan, dicuci, dan dibilas agar terbebas dari lumpur.
Kakaban dipasang setelah kolam diisi air. Air selalu mengalir ke kolam pemijahan untuk merangasang pasangan koi yang akan memijah. Selain kakaban, tempat penempel telur bisa juga menggunakan tanaman air seperti Hydrilla yang disusun atau potongan tali rafia sebagai pengganti ijuk.
2.4. Pelaksanaan Pemijahan
Induk dimasukkan sekitar pukul 16.00 dan akan mulai memijah tengah malam. Induk betina akan berenang mengelilingi kolam dengan diikuti induk jantan di belakangya. Makin lama gerakan mereka makin seru. Induk jantan menempelkan badannya ketika mengikuti induk betina. Pada puncaknya, induk betina akan mengeluarkan telurnya dengan sesekali meloncat ke udara. Aktifitas betina ini segera diikuti jantan dengan mengeluarkan cairan sperma.
Telur-telur yang terkena sperma akan menempel pada kakaban atau bahan penempel telur lainnya dan susah lepas. Juga ada sebagian telur uyang jatuh ke dasar kolam. Perkawinan selesai pada pagi hari. Induk segera dipisah dari telurnya. Jika terlambatm telur bisa habis dimakan induknya.
Ada dua cara untuk memisahkan induk dari telur yang dihasilkan.Pertama, dengan memindahkan induk dari kolam pemijahan dan tetap membiarkan telur menetas di kolam tersenur. Cara kedua dengan memindahkan telur ke kolam penetasan. Cara pertama lebih praktis karena lebih menghemat lahan (kolam).
Untuk mencegah agar tidak terserang jamur, telur-telur direndam dulu dalam larutan Malachyt green dengan konsentrasi 1/300.000 selama 15 menit sebelum ditaruh di kolam penetasan. Ketika akan merendam telur-telur ini, sebaiknya kakaban digoyang-goyangkan pada air agar kotoran yang mungkin menutupi telur bisa terlepas.
2.5 Penetasan Telur
Agar menetas dengan baik, telur harus selalu terendam dan suhu air tetap konstan. Jika suhu terlalu dingin, penetasan akan berlangsung lama. Jika suhu terlalu tinggi, telur bisa mati dan membusuk.
Agar telur bisa terendam semua, rangkaian kakaban harus “ditenggelamkan” ke dalam kolam. Untuk itu bisa memakai jasa gedebog pisang. Potong tiga buah gedebog pisang sepanjang 40 cm, lalu letakkan diatas kakaban dengan dua ruas bambu sebagai alasnya. Agar bisa stabil, gedebog diratakan salah atu sisinya.
Dalam tempo 2 – 3 hari telur koi sudah mulai menetas. Setelah menetas kakaban diangkat dan dipindahkan ke tempat lain. Nantinya kakaban bisa dipakai lagi di lain kesempatan.
Benih koi umur seminggu masih lembut. Umumnya orang menetaskan telur koi dalam hapa yaitu kantong yang bermata lembut yang biasa untuk menampung benih. Di hapa, benih koi lebih mudah dikumpulkan dan tidak hanyut terbawa aliran air. Koi yang baru menetas masih membawa kuning telur sebagai persediaan pakan utama yang pertama.
Selama itu mereka belum membutuhkan pakan dari luar karena pencernaannya belum terbentuk sempurna. Dua atau tiga hari kemudian, mereka sudah mulai berenang. Saat ini sudah waktunya menyediakan pakan bagi benih. Benih ini harus dipindahkan ke kolam pembesaran yang banyak mengandung pakan alami.
2.6 Perawatan Benih
Benih yang sudah berenang bebas harus dipindahkan ke kolam pembesaran. Kolam pembesaran ini harus dipersiapkan, agar ditumbuhi pakan alami, seminggu sebelum pemijahan. Adapun langkah – langkah persiapannya sebagai berikut.
Kolam dikeringkan selama dua hari di bawah terik matahari dan disemprot dengan pestisida agar binatang yang tidak dikehendaki mati. Pestisida yang dipakai Dipherex atau Nogos dengan dosis 0,5 – 1,0 ppm. Kemudian untuk menyediakan pakan alami berupa binatang renik, kolam dipupuk dengan kotoran ayam dan jerami. Jerami ditindih dengan batu dan diletakkan di sudut – sudut kolam. Volume kotoran ayam 1,5 kg/m2. pintu pemasukan air ke kolam harus diberi saringan.
Dalam beberapa hari, air yang terkena jerami akan berubah warna menjadi merah kecoklatan. Namun, beberapa hari kemudian akan jernih kembali. Jika pemberian kotoran ayam dan jeramitepat, dalam beberapa hari kemudianakan tumbuh infusoria dan fitoplankton. Pada saat ini benih – benih koi sudah bisa dimasukkan setelah kurang lebih sepuluh hari, daphnia akan tumbuh.
Jika tidak dapat menumbuhkan pakan alami, terpaksalah memberi pakan benih koi dengan pakan buatan seperti kuning telur yang direbus, tepung udang, susu bubuk untuk anak sapi, dan pakan tepung khusus untuk koi. Untuk menjaga agar air tidak busuk oleh sisa pakan buatan, di kolam dimastkkan air baru agar sisa pakan hanyut.


Sumber:
http://hobiikan.blogspot.com

Kamis, 04 Oktober 2012

Menambahkan Obat-obatan pada kolam ikan koi

Selain kolam dibersihkan dan air disaring, ke dalam kolam sering ditambahkan obat-obatan agar ikan koi yang menghuninya tambah aman dan nyaman.

Air PAM yang baru belum bisa dipakai untuk media hidup koi. Untuk menghancurkan Chlorine yang ada di daiamnya, ke dalam air harus ditambahkan obat anti Chlorine. Di pasaran tersedia obat Rid All anti Chlorine, yaitu cairan yang bisa mengatasi Chlorine dalam air. Obat ini tersedia dalam kemasan kecil dan kemasan besar. Untuk kolam koi bisa dipakai kemasan besar.

Sebagai ikan yang doyan makan, koi menghasil-kan kotoran yang banyak. Kalau tidak ditanggula-ngi, kotoran ini akan menurunkan kualitas air secara drastis. Untuk menanggulangi kotoran ini pun ada obat-obatan yang bisa digunakan, yaitu aquadine.

Aquadine ini memungkinkan kotoran koi tidak han-cur, tapi menggumpal dan akan tersedot aliran air ke dalam filter atau bisa kita buang sewaktu me-nyifon air kolam.

Ada juga  cairan  yang  bisa ditambahkan ke dalam air kolam, sekedar untuk mencegah agarkoi-koi yang baru dimasukkan tidak terkena serangan penyakit. Misalnya saja  untuk keperluan ini kita gunakan Rid All General Aid, dalam kemasan yang besar tentu. Karena kalau kita pakai kemasan kecil, yang seharusnya untuk akuarium, jatuh harganya bakal mahal. Sesuai dengan aturan pakainya, kita bisa menambahkan cairan tersebut sebelum ikan dimasukkan atau setelah ikan berada di daiamnya.

Jika pH air terlalu tinggi (basa) maka langkah kita untuk menurunkan pH bisa ditempuh dengan menambahkan cairan Aquavital. Kendati aquavital lebih diperuntukkan bagi ikan-ikan yang menghen-daki pH air rendah seperti Diskus, Arwana, dan jenis-jenis Neon, tapi pada konsentrasi tertentu bisa dimanfaatkan   untuk menetralkan air yang terlalu basa sesuai dengan yang dibutuhkan koi. Aquavital selain tersedia dalam bentuk cairan juga dijual dalam  bentuk  kering,  yaitu  berupa (seperti) moss untuk media tanam. Banyak sedikitnya tentu bisa disesuaikan dengan petunjuk dalam bungkus kemas-annya.

Kolam yang baru dibangun biasanya masih ter-dapat pengaruh semen. Pengaruh semen ini bisa menyebabkan  air menjadi sadah (keras) dan pH air menjadi tinggi. Dengan cara konvensional, pengaruh semen ini bisa dihilangkan dengan cara merendam dan  mengeluarkan  air kolam berulangkali selama 3 minggu. Namun, sekarang ada cara baru yang lebih cepat, ke dalam kolam baru yang sudah diisi air di-tambahkan asam asetat. Dengan menggunakan larut-an asam asetat ini proses penetralan dinding kolam bisa dipercepat. Untuk menetralkan dinding kolam bisa juga dengan melapisi cat vinil, tapi cara ini jarang dilakukan.

Untuk mencegah penyakit pada koi yang baru dimasukkan, tidak jarang ke dalam kolam ditam-bahkan obat-obatan dengan konsentrasi rendah. Obat-obatan ini hanya berfungsi sebagai penqegah-an atau mengobati penyakit yang belum tampak.Adakalanya terdapat cairan yang secara tidak sengaja masuk ke kolam. Sialnya pengaruhnya bisa mematikan koi di dalam kolam. Cairan yang mem-bahayakan ini misalnya pestisida. Pestisida ini masuk ke dalam kolam saat kita menyemprot ta-naman di sekitar kolam. Barangkali cerita ini tidak-lah mengada-ada, mengingat pestisida ini bisa lang-sung masuk ke kolam saat penyemprotan berlang-sung atau turun bersama embun pagi/air hujan.

Sumber:
http://www.breederkoi.com