Jumat, 27 Juli 2012

Kolam atau bak semen untuk pemeliharaan ikan hias

Ukuran kolam atau bak semen sangat bervariasi, tidak ada ketentuan yang mengatur ukuran maupun bentuknya. Umumnya kolam atau bak semen yang dimiliki petani ikan hias berada di pekarangan rumah sehingga ukuran maupun bentuknya terkadang disesuaikan dengan kuran dan bentuk lahan pekarangan. Demikian pula dengan bahan pembuat kolam, ada yang dari batako dan ada pula yang dari bata merah. Belum ada laporan tentang pengaruh perbedaan bahan ini terhadap kehidupan ikan.

Kebanyakan kolam berukuran 1 m x 1 m sampai 2 m x 3 m. Kedalamannya pun bervariasi dari 25-40 cm. Kedalaman kolam yang relatif dangkal memiliki keuntungan, yaitu difusi oksigen dan sinar matahari dapat masuk sampai ke dasar kolam serta hemat air. kalau panas terik, ikan dalam kolam perlu diberi naungan berupa atap atau tanaman air.

Penggunaan kolam atau bak semen yang masih baru harus hati-hati. Selain bau semen kurang baik untuk ikan, pH airnya pun cepat naik akibat kikisan semen. Bahkan bisa terjadi keadaan sindroma kolam baru (new tank syndrome), yaitu cepatnya racun amonia dan nitrit terbentuk akibat belum tumbuhnya bakteri pengurai. Melihat kerugian tersebut, pencucian dan perendaman kolam baru perlu dilakukan. Kolam dicuci dengan air, lalu direndam air yang telah diberi batang pisang atau PK. Perendaman dilakukan selama 3-5 hari.

Bukan hanya pada kolam baru, kolam bekas ikan sakit pun harus diberi perlakuan pencucian dan perendaman. Setelah dicuci bersih, kolam direndam air PK atau formalin berkadar rendah, untuk mematikan sia bibit penyakit didalam kolam. Kalau perlu, kolam dijemur sampai kering. Saluran-saluran kolam diusahakan selalu bersih dan alirannya lancar. Biasanya endapan air tidak mengalir sangat rawan penyakit.

Lingkungan kolam pun sebaiknya dijaga agar bersih. Rumput-rumput jangan dibiarkan meninggi. Rumput yang tinggi dapat dijadikan media hidup dan berkembang biak bagi capung. Bila ada sampah, sebaiknya segera dibuang agar tidak masuk kolam.